Pada pertengahan abad kesepuluh seorang ilmuwan Mesir
di Iskandaria yang bernama Al Hasan (965–1038) mengemukakan pendapat bahwa mata dapat melihat benda-benda di sekelilingnya karena adanya cahaya yang dipancarkan atau dipantulkan oleh benda-benda
yang bersangkutan masuk ke dalam mata.
Sir Isaac
Newton (1642–1727) merupakan ilmuwan berkebangsaan Inggris yang
mengemukakan pendapat bahwa dari sumber cahaya dipancarkan partikel-partikel yang
sangat kecil dan ringan kesegala arah dengan kecepatan yang
sangat besar. Bila partikel ini mengenai mata,
maka manusia akan mendapat kesan melihat benda tersebut.
Karena partikel cahaya sangat ringan dan berkecepatan tinggi maka cahaya dapat merambat lurus tanpa terpengaruh gaya gravitasi bumi.
Ketika cahaya mengenai permukaan
yang halus maka cahaya akan dipantulkan dengan sudut sinar datang sama dengan sudut sinar pantul sehingga sesuai dengan
hukum pemantulan Snellius.
Menurut Christian Huygens (1629-1695)
seorang ilmuwn berkebangsaan Belanda,
bahwa cahaya pada dasarnya sama dengan bunyi dan berupa gelombang.
Perbedaan cahaya dan bunyi hanya terletak pada panjang gelombang dan frekuensinya.
Huygens
menganggap bahwa setiap titik pada sebuah muka gelombang dapat dianggap sebagai sebuah sumber gelombang
yang baru dan arah muka gelombang ini selalu tegak lurus terhadap muka gelombang yang
bersangkutan.
Percobaan James Clerk Maxwell (1831–1879) seorang ilmuwan
yang berkebangsaan Inggris (Scotlandia)
menyatakan bahwa cepat rambat gelombang elektromagnetik sama dengan cepat rambat cahaya yaitu
3x108m/s, oleh karena itu Maxwell
berkesimpulan bahwa cahaya merupakan gelombang elektromagnetik.
Seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman, Heinrich Rudolph
Hertz(1857–1894) yang
membuktikan bahwa gelombang eletromagnetik merupakan gelombang tranversal.
Percobaan seorang ilmuwan berkebangsaan Belanda, Peter
Zeeman (1852–1943) yang menyatakan bahwa medan magnet yang
sangat kuat dapat berpengaruh terhadap berkas cahaya.
Percobaan Stark (1874–1957),
seorangi lmuwan berkebangsaan Jerman yang mengungkapkan bahwa medan listrik yang
sangat kuat dapat mempengaruhi berkas cahaya.
Teori kuantum pertama kali dicetuskan pada tahun 1900
oleh seorang ilmuwan berkebangsaan Jerman yang bernama Max Karl Ernst Ludwig Planck
(1858-1947).
Kuat medan listrik E
dan kuat medan magnetik B, mempunyai hubungan:
Bmaks=Emaks/c→B=E/c atau B.c = E
E=
kuat medan listrik (N/c)
B=
induksi magnetic (T)
c=
kecepatancahaya = 3.108 m/s
Sifat gelombang elektromagnetik:
1. Dapat merambat dalam ruang hampa
2. Merupakan gelombang transversal (arah getar tegak lurus arah rambat), mengalami polarasi
3. Dapat mengalami refleksi, refraksi, interferensi, dan difraksi
4. Tidak dibelokkan dalam medan listrik maupun medan magnet.
1. Dapat merambat dalam ruang hampa
2. Merupakan gelombang transversal (arah getar tegak lurus arah rambat), mengalami polarasi
3. Dapat mengalami refleksi, refraksi, interferensi, dan difraksi
4. Tidak dibelokkan dalam medan listrik maupun medan magnet.
Contoh sumber gelombang elektromagnetik :
1.Osilasi listrik.
2. Sinar matahari menghasilkan sinar inframerah.
3.Lampu merkuri dapat mengasilkan
ultra violet.
4. Penembakan electron
dalam tabung hampa pada keping logam dapat menghasilkan sinar X.
5. Inti atom yang
tidak stabil dapat menghasilkan sinar gamma.
Energi rata–rata per satuan luas yang
dirambatkan oleh gelombang elektromagnetik disebut dengan intensitas gelombang elektromagnetik.
Proses terjadinya medan magnet listrik dan medan magnet
berlangsung secara bersama-sama dan menjalar kesegala arah.
Gelombang elektromagnetik adalah gelombang yang
dihasilkan dari perubahan medan magnet dan medan listrik secara berurutan,
dimana arah getar vektor medan listrik dan medan magnet saling tegak lurus.
Diantara gelombang-gelombang yang terdapat pada spektrum
gelombang radio yang dapat dilihat oleh mata hanyalah gelombang cahaya tampak yang
mempunyai panjang gelombang antara 7800 Amstrong (merah) – 3990 Amstrong (ungu).
No comments:
Post a Comment